Bagaimana kondisi masyarakat Indonesia dalam hal kemampuan bahasa Inggris?
Melihat fakta yang ada di masyarakat, bangsa Indonesia sering kalah saing dengan negara lain dalam hal kesempatan kerja, karena kurangnya kemampuan bahasa Inggrisnya.

Sebut saja India. Dalam hal tenaga kerja, kemampuan masyarakat Indonesia boleh dikatakan bisa bersaing dengan tenaga kerja dari India. Bahkan kemampuan kerja serta soal kebersihan, bisa dibilang Indonesia lebih unggul. Sayangnya, banyak orang Indonesia yang batal mendapat kesempatan karena kurangnya kemampuan bahasa Inggris. Kesempatan itu diberikan pada tenaga kerja dari India yang dinilai jauh lebih mampu berbahasa Inggris.
Miris, bukan?
Saya sering mendengar cerita ini dari orang-orang yang bekerja di kapal pesiar atau kapal jenis lain. Teman-teman saya ini bekerja dalam bidang kuliner. Mereka menyediakan berbagai makanan untuk para pekerja lain di kapal tersebut atau para tamu di kapal pesiar itu.
Tentu saja mereka harus pandai berbahasa Inggris karena berhubungan langsung dengan orang lain dari berbagai negara.
Fenomena seperti ini harus didobrak. Indonesia harus bergerak aktif memajukan generasi muda, terutama dalam hal kemampuan berbahasa Inggris. Indonesia harus punya kesempatan lebih banyak. Dengan pandai berbahasa Inggris, masyarakat Indonesia akan mendapat lebih banyak kesempatan, bukan hanya dalam kesempatan kerja, tapi juga dalam hal peningkatan pendidikan.
Kalau pandai berbahasa Inggris, tentu lebih bisa bekerja dan bersekolah di tingkat internasional.
Adalah Gede Andika Wira Teja, seorang pria asal Desa Pemuteran, Bali, lulusan Magister Ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM), yang mengerti bahwa edukasi bahasa Inggris itu sangat penting. Itu sebabnya, Andika menggagas KREDIBALI, yaitu Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan.
Kemampuan Berbahasa dan Literasi Lingkungan
KREDIBALI adalah penyelenggara kursus bahasa Inggris yang ditujukan pada anak-anak SD dan SMP di Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali. Tempat kursus ini diluncurkan pada Mei 2020, ketika pandemi melanda.
Kehebatan ide Andika adalah, bukan hanya menyelenggarakan tempat kursus Bahasa Inggris, tapi juga mengombinasikannya dengan literasi lingkungan. Anak-anak yang ingin ikut kursus, diharuskan “membayar” dengan sampah plastik yang berasal dari rumah masing-masing.
Dalam hal ini, KREDIBALI bekerja sama dengan Plastic Exchange, sebuah lembaga nirlaba di Bali yang mengelola sampah. Sampah-sampah plastik yang terkumpul disalurkan ke Plastic Exchange untuk ditimbang dan dijadikan tabungan. Sampah ini lalu ditukar dengan beras. Beras-beras ini pun disalurkan kepada lansia yang ada di desa tersebut. Ada jadwal khusus dalam pembagian beras ini, yaitu ketika selesai tes kemajuan kompetensi yang diadakan setiap semester.
Sampah-sampah plastik ini diolah kembali oleh Plastic Exchange. Dengan demikian, sampah plastik yang ada bisa dilakukan proses yang ramah lingkungan.

Jika ditilik kembali, sangat banyak manfaat kegiatan KREDIBALI. Anak-anak bisa meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, sehingga bisa menyiapkan diri untuk menghadapi masa kerja nanti dan siap bertarung serta bersaing dengan masyarakat dari negara lain.
Tidak perlu jauh-jauh. Di Bali saja banyak wisatawan mancanegara yang memerlukan tenaga dari Indonesia yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik. Kalaupun nantinya anak-anak ini memiliki kesempatan bekerja, berkarya, atau melanjutkan pendidikan ke luar negeri, sudah siap dalam segi bahasa.
Manfaat lain dari program KREDIBALI adalah soal lingkungan. Ide Andika brilian sekali karena bisa memadukan edukasi bahasa Inggris dengan literasi lingkungan.
Program ini pun bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin lama program ini dijalankan, semakin banyak masyarakat yang terbantu ekonominya. Pendidikan berjalan, lingkungan aman, kesejahteraan pun bertambah. Ibaratnya, satu program, bisa memenuhi kebutuhan banyak hal.
Dukungan Perangkat Desa
Positifnya kegiatan Gede Andika dan program-program KREDIBALI-nya mendapat dukungan penuh dari perangkat desa setempat. Pemerintah Desa Pemuteran meminjamkan ruang rapat untuk tempat belajar. Dengan demikian, ide-ide Gede Andika tersalurkan, masyarakat mendapat manfaatnya, dan perangkat desa pun terbantu meningkatkan kualitas masyarakat.

Program inilah yang membuat Gede Andika meraih penghargaan SATU Indonesia Award 2022, Penerima Apresiasi Kategori Khusus: Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19. Kita sebagai masyarakat juga sudah seharusnya mendukung aktivitas Gede Andika yang memajukan tiga edukasi sekaligus pada programnya, yaitu edukasi bahasa Inggris, edukasi lingkungan, dan edukasi sosial.
