Selama ini ceker ayam hanya dikenal sebagai lauk atau kudapan. Sering kali pula hanya sebagai limbah, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Namun, di tangan Nurman Farieka, seorang pria asal Bandung, Jawa Barat, kulit ceker ayam bisa dijadikan bahan pembuat sepatu. Kualitas sepatunya pun tidak main-main sehingga bisa dijadikan komoditas ekspor yang menjanjikan.

Sumber foto: Booklet ASTRA SATU Indonesia – Inspirasi Para Penerang Negeri
Dari Bisnis ke Bisnis
Nurman bukan baru satu kali mencoba bisnis. Awalnya pria ini menggeluti wirausaha dengan menjual dompetnya sendiri pada temannya, agar memiliki modal. Dari modal tersebut, Nurman berdagang aksesoris seperti gelang dan kalung. Sayangnya, usaha ini tidak mendapatkan hasil seperti yang diinginkan.
Nurman pun mencoba berdagang produk lain. Ternyata nasib usaha ini tidak berbeda dengan usaha aksesoris sebelumnya. Nurman mencoba produk yang berbeda lagi. Usaha ini pun tidak bertahan lama. Dalam satu tahun, ada empat usaha yang dirintisnya, tetapi semua sama. Tidak berjalan lancar sehingga Nurman harus menanggung kerugian sebesar ratusan juta rupiah.
Untunglah Nurman tipe pria yang gigih. Dia tidak berhenti sampai di situ. Dia pun mencoba mencari peluang melalui usaha lain.
Bermula dari Jurnal Milik Ayahnya
Nurman memulai usaha sepatu. Saat itu Nurman berbisnis sepatu kanvas, dengan menggunakan merek dagang Hirka. Dalam bahasa Turki, hirka berarti dicintai. Nurman berharap, produk sepatu kanvasnya ini dicintai semua kalangan.
Sayangnya harga sepatu Hirka ini sulit bersaing. Banyak sepatu lokal dan impor sejenis yang beredar di pasaran dan dijual dengan harga murah, yaitu Rp60 – 80 ribu saja. Tentu saja sulit bagi Nurman untuk menjual sepatu-sepatu Hirka.
Tuhan menunjukkan jalan lain. Saat itu Nurman menemukan karya ilmiah milik ayahnya. Ayahnya ini pernah kuliah di Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Karya ilmiah itu hasil tulisan mengenai penelitian tentang kulit, yang salah satunya adalah kulit ceker ayam. Karya ilmiah yang dibuat tahun 1995 ini pun membuat Nurman mendapatkan inspirasi untuk membuat sepatu dari kulit ceker ayam.
Di sinilah jalan mulai terbuka. Nurman senang mendapatkan ide ini, karena ceker ayam mudah didapat di tempat-tempat pemotongan ayam dan harganya murah karena dianggap sebagai limbah. Kelebihan lain, kulit ceker ayam memiliki tekstur yang mirip dengan kulit ular dan buaya, yang selama ini sudah dijadikan bahan baku pembuatan sepatu serta tas, yang populer.

Sumber foto: Booklet ASTRA SATU Indonesia – Inspirasi Para Penerang Negeri
Perjalanan Masih Panjang
Nurman pun sangat semangat mewujudkan idenya. Tahun 2015 Nurman tekun melakukan riset terhadap kulit ceker ayam. Ternyata tidak mudah menggunakan kulit ceker ayam sebagai bahan baku pembuatan sepatu. Sebab, ceker ayam bersifat rapuh dan mudah sobek. Kalau dijadikan sepatu, tentu kualitasnya buruk. Nurman tidak mau produknya tidak berkualitas.
Pria Bandung ini semakin gigih melakukan riset. Bahan baku yang baik adalah kunci utama untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Nurman tidak henti-henti melakukan riset pengolahan bahan baku, sepanjang 2015.
Kegigihannya membuahkan hasil. Dia berhasil menemukan cara agar kulit ceker ayam itu kokoh dan kuat untuk dijadikan sepatu. Nurman pun melanjutkan risetnya. Kali ini riset untuk produk. Nurman mulai membuat sampel sepatu. Hal ini pun tidak mudah, karena baru kali ini kulit ceker ayam dibuat menjadi sepatu. Nurman harus mengalami kegagalan dahulu berkali-kali, barulah kemudian berhasil membuat contoh sepatu yang kualitasnya sesuai keinginan.
Pemasaran Produk
Riset yang dilakukan oleh Nurman, cukup panjang. Tahun 2017 barulah Nurman berani melempar produknya ke pasaran. Nurman memasarkan produknya melalui berbagai pameran. Dari sinilah Nurman mulai mendapatkan pelanggan. Bahkan dia mengikutsertakan sepatu kulit ceker ayamnya pada INACRAFT, pameran kerajinan terbesar di Indonesia.
Nurman tetap menggunakan merek dagang Hirka pada sepatu kulit ceker ayamnya. Masyarakat pun menyambut baik produk Hirka ini. Sepatu Hirka dinilai nyaman dipakai dan penampilannya unik. Sepatu ini juga dianggap melestarikan reptil seperti ular dan buaya karena inovasinya dalam menggunakan kulit ceker ayam, sehingga mendorong para pengusaha sepatu untuk tidak berburu reptil lagi demi menjaga ekosistem. Selain itu, sepatu Hirka juga dianggap sebagai cara cerdas dalam pengolahan limbah ceker ayam.
Hirka Mendunia
Dalam satu bulan, Nurman bisa memproduksi 200 pasang sepatu Hirka. Satu pasang sepatu dipasarkan dengan harga mulai dari Rp400 ribu sampai Rp7 juta. Tidak tanggung-tanggung, pasarnya pun sudah sampai ke negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, Brasil, Prancis, Inggris, dan Turki.
Nurman juga memperkuat usahanya dengan cara mendaftarkan hak paten. Pria ini pun berhasil mendapatkan penghargaan pada ajang SATU Indonesia Award 2019.
Saat ini, Hirka sudah memiliki sejumlah model variannya, yang diberi nama Jokka, Tafiaro, Renjana, Balawan, Ekajati, dan Astakona.

Sumber foto: Booklet ASTRA SATU Indonesia – Inspirasi Para Penerang Negeri
Tentu saja langkah Nurman masih akan lebih jauh lagi. Pria ini bergerak dengan berbagai program yang dijalankan sambil menggandeng berbagai pihak di dalam negeri, untuk lebih memajukan negeri, melalui sepatu ceker ayamnya.
